Ketika anak belum bisa berbicara orang tua sering merasa khawatir dan bingung yang perkiraan umurnya sudah seharusnya bisa berbicara tetapi belum bisa berbicara. Namun umur bukanlah patokan dalam menentukan anak sudah bisa berbicara atau belum karena perkembangan setiap anak berbeda. Berikut beberapa penyebab yang mengakibatkan speech delay pada anak:
1. Adanya masalah pada mulut, lidah ataupun langit-langit atau yang bisa disebut dengan ankyglossia. Kondisi tersebut menyebabkan lidah tidak bebas bergerak karena frenulum lidah yang terlalu pendek.
2. Anak dapat berkomunikasi secara non-verbal, tapi tidak bisa mengucapkan banyak kata. Anak lahir premature dapat menjadi pemicu dalam keterlambatan perkembangan anak. Hal ini bisa melibatkan fungsi otak dan mungkin akan mengindikasikan ketidakmampuan dalam belajar.
3. Gangguan pada pendengarannya yang menyebabkan anak tidak mampu menamai objek tapi anak memahaminya jika orang lain memberitahu menggunakan gerakan.
4. Autism Spectrum Disorder menjadi gangguan dari masalah bicara atau bahasa yang dialami anak. Tanda-tandanya yakni regresi bicara dan bahasa, gangguan komunikasi verbal dan non-verbal, perilaku berulang, gangguan interaksi sosial, dan frasa yang berulang.
5. Gangguan neurologis dapat memengaruhi otot yang diperlukan untuk berbicara. Hal itu termasuk cerebral pasy, distrofi otot, dan cedera otak.
6. Adanya keterlambatan dalam berbicara dapat muncul akibat cacat intelektual. Jika anak tidak dapat berbicara, itu dapat disebabkan masalah kognitif daripada ketidakmampuan anak dalam membentuk kata-kata.
Menurut Chatarine M. Sambo, seorang dokter anak, menulis sebuah artikel di laman resmi milik Ikatan Dokter Anak Indonesia mengenai cara yang bisa digunakan untuk mencegah keterlambatan berbicara pada anak. Kuncinya dengan stimulasi perkembangan bicara dan bahasa yang dilakukan sedini mungkin. Orang tua haruslah membaca dengan suara jelas, mengajak bayi dan anak bercakap-cakap, memberi respons terhadap ocehan anak, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dan bernyanyi. Ponsel dan televisi bukanlah metode stimulus yang baik.
Sumber: Tirto.com

